Desa Bincau merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Martapura Kota, Kabupaten Banjar. Terdiri dari 16 Rukun Tetangga, terbagi dalam wilayah yang sangat luas. Desa Bincau sangat berpotensi, baik itu dalam hal Pariwisata maupun Pertanian.
Dalam hal Pariwisata desa Bincau sudah terkenal dimana-mana, salah satunya adalah tambak ikan. Di sini para wisatawan dapat berekreasi sambil menikmati hidangan dengan suasana yang nyaman. Pengunjung pun dapat memancing ikan sendiri untuk dimasak. Hampir setiap hari libur wisata tambak Bincau selalu diserbu wisatawan lokal maupun luar daerah.
Sedangkan dalam hal Pertanian dan Perkebunan desa Bincau sangat berpotensi, hal ini dikarenakan wilayahnya yang sangat luas dan kondisi alamnya yang sangat mendukung. Hampir 50 % penduduknya adalah petani, tidak heran jika desa ini termasuk daerah lumbung padi.
Diposkan oleh : Hamdani "Kaur Pembangunan"
Lembaga Pendidikan Islam Hidayatullah didirikan pada tanggal 1 Muharram 1370 H/17 Juli 1950 M. Oleh tiga serangkai, putra martapura, yaitu KH. Hasyim Moukhtar el-Husaieni (alm), KH. Nashroun Thohir (alm) dan KH. Ahmad Nawawi Marfu`. Setelah usianya 32 tahun, Pesantren Hidayatullah di Kelurahan Keraton tidak mampu lagi mengembangkan kampusnya. Maka pada tahun 1982, membuka areal baru untuk pengembangannya di Desa Bincau Kecamatan Martapura di atas lahan seluas 10,5 Ha. Di areal inilah Pondok Pesantren Hidayatullah Taman Hudaya dibangun tahap demi tahap, sehingga pada tahun 1989 resmi dibuka dan dimulai kegiatan belajar mengajar serta memondokkan santri-santrinya.
Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang kehadirannya tidak dapat dipisahkan dari tuntutan umat dan juga tidak menutup diri dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk mengantisipasi keterbelakangan umat dari lajunya arus globalisasi. Untuk itu, menurut Murabbi, KH. Muhammad Ramli HAS, perlu adanya sebuah pondok pesantren yang mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelas serta mampu menyeimbangkan kekayaan ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu pengetahuan umum serta sains. Maka, Yayasan Pendidikan Islam Hidayatullah mengembangkan Pondok Pesantren Hidayatullah Taman Hudaya Bincau menjadi Pondok Pesantren Modern Berbasis Teknologi Informasi "Hidayatullah", yang hari ini diresmikan langsung pengoperasiannya oleh Gubernur Kalimantan Selatan, Bapak H. Rudi Arifin.
Lebih lanjut murabbi mengatakan, Pondok ini selain akan membekali para santri dengan mata pelajaran keagamaan juga akan memanfaatkan Teknologi Komputer pada sebahagian besar mata pelajaran umum dan agama serta menjadikannya sesuatu yang melekat dan manjadi ciri khas tersendiri dari pondok-pondok lain yang ada di provinsi ini. Kemudian, Pondok ini juga akan mencoba mengembangkan mata pelajaran Ilmu Astronomi Islam dan Ilmu Falak yang juga dikenal dengan Ilmu Hisab. Dalam perjalanannya ke depan, pondok ini akan terus dikembangkan dengan perlengkapan Laboratorium Hisab dan Rukyat. Sehingga para santri alumnus pondok ini nantinya, berilmu pengetahuan keagamaan dan berwawasan global serta tidak gagap teknologi (gaptek).
Pondok ini sudah memiliki berbagai fasilitas, di antaranya Mesjid, gedung belajar, gedung asrama, kantor, perpustakaan, laboratorium IPA, Bahasa dan Komputer, perumahan guru, ruang makan, lapangan olahraga, lapangan upacara, MCK, listrik dan air bersih. Kurikulum yang digunakan adalah kolaborasi kurikulum yang disusun oleh pondok dengan SKKD (kurikulum) yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama, sehingga santrinya dapat mengikuti Ujian Nasional. Adapun penerimaan santri baru tahun pelajaran 2009-2010 di mulai pada bulan Juni sampai pertengahan Juli nanti, sedangkan jenjang pendidikannya adalah tingkat tsanawiyah. Jadi, pondok ini akan menerima tamatan SD/MI atau yang sederajat. Selain itu, pondok ini juga didukung oleh tenaga-tenaga professional, baik guru maupun pengelolanya, yang kebanyakan juga berasal dari para alumnus. (Informasi lebih lanjut silakan berhubungan dengan panitia penerimaan santri baru)
Sementara itu panitia reuni akbar, Rahim Audah, M.Ag memaparkan bahwa reuni ini bertujuan untuk ajang silaturrahim bagi sesama warga alumni dan eks Pesantren Hidayatullah (SMIH) Martapura dari angkatan pertama tahun 1954 sampai angkatan kemaren tahun 2008 yang lulusannya sudah menyebar di penjuru tanah air dan di luar negeri, baik sebagai pejabat, birokrat, politisi, akademisi, TNI/POLRI, pengusaha dan berbagai profesi lainnya. Alhamdulillah, dari buku tamu tercatat seribu lebih para alumni yang hadir dan ini merupakan kebanggaan bersama, lanjut Rahim Audah.
Hadir pada acara tersebut salah satu muassis (pendiri) yang masih hidup yaitu, KH. Ahmad Nawawi Marfu`, selain itu juga hadir para undangan di antaranya wakil dari Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Kalimantan Selatan, unsur Muspida Kab. Banjar, dan para tokoh masyarakat Martapura.
Dalam kesempatan itu pula, gubernur Kalimantan Selatan memberikan bantuan sebesar 75 juta rupiah untuk menunjang operasional, sumbangan Bupati Banjar 7,5 juta rupiah, sumbangan dari para alumnus 12,1 juta rupiah. Selain itu, sumbangan berupa barang yaitu 1 buah laptop dari H. Wardiansyah angkatan 89, dan 3 unit komputer dari para alumni lainnya.
Diposkan oleh : Hamdani "Kaur Pembangunan"
Orang Tionghoa yang menentap ini mempunyai seorang anak gadis. Setelah besar anak gadis ini berubah menjadi puteri yang cantik. Dia selalu mandi di dekat danau/telaga di dekat rumahnya. Namun puteri yang cantik ini selalu berdandan dan bersolek saja setiap harinya. Hal ini membuat khawatir kedua orang tuanya. Beberapa kali kedua orang tuanya memberi nasehat untuk tidak berbuat demikian karena semua pekerjaan akan terbengkalai, namun selalu tidak pernah diturutinya.
Pada suatu hari karena sangat jengkel dan sampai pada puncak kemarahan sang ayah, lalu terlontarlah kata sumpah “mudahan ikam jadi wari” (semoga kamu jadi kera). Pada saat bersamaan . tiba-tiba puteri yang cantik ini berubah menjadi seekor kera. Ayahnya pun terkejut dan menangis melihat puterinya berubah menjadi kera. Sebenarnya dia sangat menyesal sekali, namun segala perkataanya sudah terlanjur terucapkan.
Ketika puteri ini menjadi kera, dia selalu mandi di telaga tempat dia mandi seperti sedia kala. Lalu kemudian telaga ini di beri nama TELAGA PUTERI. Setelah beberapa lama banyak kera yang ikut mandi di telaga tersebut. Kemudian kera-kera itu menghilang. Menurut ceritanya ada tokoh masyarakat yang bermimpi bertemu dengan seekor kera yang besar dan berkata supaya ia dan teman-temannya diseberangkan ke desa tambak baru.
Pada pagi harinya maka turunlah tokoh masyarakat ini kearah sungai yang berseberangan dengan desa Tambak Baru. Alakah terkejutnya ia, karena ditepian sungai sudah berbaris kere-kera yang ingin diseberangkan. Kemudian beliau mengambil perahu dan menyeberangkan seluruh kera tersebut. Kera itu masuk ke hutan di Desa Tambak Baru. Jadi telaga Puteri tidak terdapat lagi kera-keranya sekarang.
Diposkan oleh : Hamdani "Kaur Pembangunan"
Ada sebuah desa yang termasuk paling tua di kabupaten Banjar. Zaman dahulu di desa ini terdapat pelabuhan yang besar sehingga banyak kapal besar yang dapat berlabuh. Banyak pedagang – pedagang luar yang menjual barangnya di pelabuhan ini. Tetapi ada juga para saudagar yang membeli barang-barang yang dihasilkan oleh desa. Sehingga desa ini sangat ramai dikunjungi oleh orang.
Pada suatu hari datanglah 2 (dua) orang bersaudara dari Tiongkok yang berdagang dan menetap di desa. Salah satu saudagar kaya ini memiliki anak perempuan yang sangat cantik parasnya sehingga menjadi kembang di desanya.
Namun anak saudagar ini pekerjaanya sehari-hari hanya berdandan dan bersolek saja sehingga menjengkelkan kedua hati orang tuanya.
Suatu hari sang ayah tidak tahan lagi melihat perilaku anaknya yang suka bermalas-malasan. Akhirnya keluarlah kata-kata kutukan sehingga anaknya berubah menjadi kera. Yang pada akhirnya menjadi legenda rakyat yaitu legenda telaga puteri.
Setelah saudagar ini menetap lama di desa yang belum ada namanya ini, maka semakin banyak rumah-rumah yang berdiri. Saudagar kaya ini sangat terkenal sekali, tidak hanya di desa tetapi juga sampai kedaerah luar.
2 Saudagar ini mempunyai nama yang mirip. Sang kakak bernama Being Tjiow dan sang adik bernama Being Louw. Karena desa ini belum ada namanya maka ketika orang mau berkunjung kedesa ini kalau ditanya ”mau kemana ?” maka akan dijawab ”mau kedesa Bieng Tjiow. Maksudnya desa yang ditinggali oleh saudagar ini. Dan lama kelamaan akhirnya orang menyebutnya dengan ”Desa Bincau”.
Sedangkan nama adiknya menjadi nama desa yang berdampingan dengan desa Bincau yaitu desa Binglu. Yaitu berasal dari nama Being Louw.
Demikianlah cerita asal usul nama desa Bincau yang terdapat di Kabupaten Banjar kota Martapura. Saya harap jika Anda berkunjung ke Tambak Bincau tentu ingat cerita ini. Dan membagi cerita bersama sanak keluarga yang lain. Ingat ikan bakar, ingat Bincau, ingat asal usulnya......
Diposkan oleh : Hamdani "Kaur Pembangunan"
Asal Usul Desa Bincau Bagian 2
Diposkan oleh : Hamdani "Kaur Pembangunan"
Di Desa Bincau terdapat puluhan lokasi rumah makan pondokan yang berada di atas tambak atau kolam pembudidayaan ikan mas, ikan nila, ikan lele, gurame, dan beberapa jenis ikan lainnya.
Para wisatawan dapat langsung menangkap ikan di lokasi tersebut lalu memasaknya di lokasi tersebut untuk makan bersama-sama seraya menyaksikan panggung hiburan berupa karaoke dangdut atau pop.
Selain itu, di lokasi objek wisata tersebut juga tersedia berbagai macam mainan anak-anak di atas air, seperti perahu karet angsa, perahu karet naga, sampan-sampan kecil serta arena berenang dan water boom.
Lokasi Bincau juga sering didatangi wisatawan luar Kalsel, apalagi rombongan pejabat dan rombongan usahawan yang datang ke Banjarmasin dan Martapura sering pula diajak ke lokasi ini.
Menurut Camat, Desa Bincau sebagai salah satu desa yang berada di Kecamatan Martapura memiliki kelebihan tersendiri dibanding daerah lain yang ada di kabupaten Banjar. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh Desa Bincau adalah setruktur wilayah yang sangat potensial untuk usaha perikanan, khususnya pengelolaan usaha perikanan dengan sistem tambak, lantaran persis berada di aliran irigasi Riam Kanan yang memiliki cadangan air bersih yang cukup, serta lahannya yang subur hingga potensial bagi usaha pertanian berupa pertanian bunga melati dan kenanga.
Ahmad Khairudin Fahri mengungkapkan, setiap orang yang memasuki wilayah desa Bincau akan merasa nyaman dan merasa segar serta sejuk,
Hal tersebut dikarenakan adanya aroma bau wangi dari tanaman bunga melati dan bunga kenanga yang banyak ditanam oleh masyarakat setempat sebagai salah satu sumber usaha dalam menopang perekonomian rumah tangga di Desa Bincau.
Sementara Bupati Banjar Khairul Saleh dalam kesempatan tersebut mengatakan, saat ini pemerintah kabupaten Banjar telah mengeluarkan sebuah kebijakan dalam pengembangan perekonomian berbasis kemasyarakatan yaitu perogram Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Dengan demikian, para pengelola usaha baik pada sektor pertanian, perkebunan, perikanan serta pengelola usaha rumah tangga yang ada di wilayah perkotaan dan perdesaan dapat meminjam permodalan kepada BUMDes dengan sistem bagi hasil non bunga.
Dengan adanya BUMDes tersebut, Khairul Saleh berharap, para pengelola usaha termasuk para petani bunga Melati dan bunga Kenanga di desa Bincau kecamatan Martapura dapat lebih mengembangkan usaha pertanian tersebut dengan difasilitasi oleh pemerintah daerah melalui BUMDes.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Banjar HG. Khairul Saleh juga menyerahkan bantuan keagamaan kepada sejumlah mesjid dan langgar yang ada di kecamatan Martapura.
Dia menyerahkan bantuan berupa empat lembar sajadah tempat salat untuk Masjid As Shobirin, serta satu paket alat permainan edukatif dari TP PKK Kabupaten Banjar untuk TP PKK Desa Bincau, Kecamatan Martapura. (Ant/OL-03)
Diposkan oleh : Hamdani "Kaur Pembangunan"